SMK Marsudirini St.Fransiskus yang beralamat di Jalan Wolter Monginsidi nomor 22, Semarang berencana mengembangkan Kompetensi Desain Kreatif Kayu dan Rotan dengan model pembelajaran Teaching Factory pada tahun pelajaran 2022/2023. Program ini dicanangkan setelah memengikuti Workshop Pengembangan Teaching Factory (TEFA) Bidang Seni dan Industri Kreatif yang diselenggarakan oleh Balai Besar Pengenbangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Seni dan Budaya pada tanggal 17 sampai dengan 20 November 2021 di SwissBel Hotel Rainforest, Kab. Badung, Bali. Kegiatan workshop ini diikuti oleh 45 SMK Kelompok Bidang Seni dan Budaya yang terpilih berasal dari seluruh Indonesia, seluruh biaya perjalanan dan akomodasi selama kegiatan workshop dibebankan pada DIPA BBPPMPV Seni dan Budaya Tahun Anggaran 2021. Undangan kegiatan workshop ini ditujukan bagi Kepala Sekolah dan guru calon pengelola Teaching Factory (TEFA), dari SMK Marsudirini St.Fransiskus Kegiatan Workshop Pengembangan Teaching Factory (TEFA) dihadiri oleh Yohanes Sudarna,S.Pd,M.M. selaku Kepala Sekolah dan Fredeswinda Oktaria B, SE, S.Pd sebagai calon pengelola Teaching Factory (TEFA) .
Workshop Pengembangan Teaching Factory (TEFA) Bidang Seni dan Industri Kreatif dibuka oleh Dr. Wardani Sugiyanto, M.Pd Direktur Sekolah Menengah Kejuruan dan dilanjutkan sambutan Dr.Dra.Sarjilah,M.Pd selaku Kepala BBPPMPV Seni dan Budaya. Dalam sambutannya Bapak Wardani menyampaikan peran Kepala Sekolah yang sangat strategis dalam menangkap prospek dan tantangan sekolah bidang seni dan industri kreatif. “Mengacu pada UU No. 24 Tahun 2019, Ekonomi Kreatif adalah perwujudan nilai tambah dari kekayaan intelektual yang bersumber dari kreativitas manusia yang berbasis warisan budaya, ilmu pengetahuan, dan/atau teknologi” begitu penjelasannya.
Pembelajaran Teaching Factory (TEFA) adalah model pembelajaran di SMK berbasis produksi / jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri. Pelaksanaan Teaching Factory menuntut keterlibatan mutlak pihak industri sebagai pihak yang relevan menilai kualitas hasil pendidikan di SMK.
Setelah acara pembukaan kegiatan workshop ini dibagi menjadi 3 kelas , masing – masng kelas berisi 15 sekolah dengan 30 peserta. Secara keseluruhan materi yang diterima dan dikerjakan oleh peserta selama workshop meliputi: Kebijakan BBPPMPV Seni dan Budaya, Gambaran Umum Pengembangan Teaching Factory (TEFA) , Konsep dan Strategi Teaching Factory (TEFA), Best Practice TEFA, Penentuan Produk Teaching Factory (TEFA), Membuat Jadwal Blok, Penyusunan Draf Proposal, Rencana Anggaran, dan Rencana Tindak Lanjut.
Dalam penentuan Produk Teaching Factory (TEFA), SMK Marsudirini St.Fransiskus Semarang mengangkat berbagai produk yang berorientasi diminati pasar dan didukung oleh DUDIKA antara lain: Rak Buku, Cup Lampu, Puzzel, Nampan, Tempat lilin, Gantungan salib, Piala Penghargaan, Meja Sekolah, dan Kursi Sekolah. Semua produk yang akan dikembangkan dalam Rintisan Teaching Factory tersebut berbahan kayu dan dikerjakan dengan tangan maupun mesin, dan telah dikembangkan juga dalam Unit Produksi SMK Marsudirini St. Fransiskus Semarang. Dengan model pembelajaran Teaching Factory (TEFA) ini diharapkan siswa semakin kompeten dan ketika lulus nanti siap memasuki dunia kerja dengan ketrampilan dan Attitude yang memenenuhi standar Dunia Kerja dan Dunia Industri.
Selain mengikuti kegiatan Worshop Pengembangan Teaching Factory (TEFA) penulis dan Ibu Fredeswinda juga melakukan kunjungan ke beberapa hotel yang ada disekitar untuk penjajakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan rencana study banding dan wisata bagi siswa-siswi pada tahun mendatang. Kunjungan dilakukan di Sun Boutique Hotel Managed, Atanaya Hotel, dan Adi Jaya hotel, pusat oleh – oleh Krisna art, Agung, dan juga tempat wisata Pantai Kuta dan Trans Studio Mall (TSM) Bali.
Penulis Yohanes Sudarna SMK St.Fransiskus Semarang.
Leave a Reply